Dalam menjalankan urusan bisnis, pasti kita sering mendengar istilah break even point (BEP). Istilah ini digunakan untuk mengukur apakah modal yang digunakan untuk operasional mengalami keuntungan, impas, atau kerugian. Ada beberapa cara menghitung break even point (BEP), mulai dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks.
Perhitungan BEP sangat penting dilakukan oleh perusahaan karena akan menjadi acuan dalam analisis proyeksi jumlah barang yang akan diproduksi dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk mencapai titik impas, kembalinya modal operasional yang dikeluarkan perusahaan. Pada prinsipnya, break even point bisa digunakan sebagai tolak ukur analisis pengalokasian biaya produksi.
Break even point dapat diterapkan di berbagai jenis usaha, baik itu jasa dan manufaktur. Nah Berikut ini penjelasan lengkap mengenai cara menghitungnya.
Apa itu Break Even Point (BEP)?
Break even point (BEP) adalah kondisi dimana suatu perusahaan atau kegiatan bisnis berada di titik imbang/impas dengan tidak mengalami kerugian maupun menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, istilah BEP sering dikaitkan dengan analisis titik impas (imbang). Besar jumlah penjualan dan biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan ada dalam jumlah yang sama.
Menurut Darsono (2008), definisi break even point (BEP) adalah sebagai suatu analisis dalam menentukan, dan sekaligus mencari jumlah barang/jasa yang harus dijual pada harga tertentu untuk menutupi nilai modal yang telah dikeluarkan sebagai produksi, untuk kemudian mengetahui kapan hasil yang didapat termasuk dalam keuntungan.
Kesimpulannya adalah, BEP digunakan untuk mengetahui kapan uang/modal yang perusahaan dapat dari hasil penjualan yang merupakan laba yang didapat, terlepas itu dari untuk menutupi modal awal produksi yang dialokasikan. Dengan adanya perhitungan BEP maka secara efektif akan membuat perusahaan mendapat laba/keuntungan lebih cepat setelah balik modal.
Cara Menghitung Break Even Point (BEP)
Agar lebih mudah untuk memahaminya, berikut contoh menghitung BEP:
Sebuah perusahaan Tekstil memiliki data anggaran biaya dan rencana produksi untuk penjualan dengan rincian:
Biaya tetap dalam satu bulan Rp 150.000.000, yang terdiri dari:
- Biaya gaji untuk pegawai dan pemilik Rp 50.000.000
- Biaya penyusutan mobil Rp 3.000.000
- Biaya sewa pabrik Rp 50.000.000
- Biaya sewa gedung Rp 25.000.000
- Biaya asuransi kesehatan Rp 22.000.000
Biaya variabel per unit sebesar Rp 55.000, yang terdiri dari:
- Biaya bahan baku sebesar Rp 20.000
- Biaya tenaga kerja sebesar Rp 15.000
- Biaya lain sebesar Rp 20.000
Harga jual untuk per unit yaitu Rp 105.000
Untuk menghitung break even point (BEP) per unit, berikut rumusnya:
BEP unit = Biaya tetap : (Harga per unit – Biaya variabel per unit)
BEP unit = Rp 150.000.000 : (Rp 105.000 – Rp 55.000)
BEP unit = Rp 150.000.000 : Rp 50.000
BEP unit = 3.000
Jadi, hasil perhitungan BEP unit adalah 3.000 unit
Sedangkan untuk menghitung keuntungan dengan nilai BEP unit yang telah didapat, caranya dengan:
Keuntungan = Biaya tetap : (kontribusi margin per unit : harga per unit)
Keuntungan = Rp 150.000.000 : (Rp 50.000 : Rp 105.000)
Keuntungan = Rp 150.000.000 : 0.4761
Keuntungan = Rp 315.000.000
Perhitungan break even point tersebut dibuat untuk mendapatkan titik impas/imbang dengan biaya per unit sebesar Rp 50.000, maka barang yang dijual harus sebanyak 3000 unit.
Kesimpulan
Dengan menghitung break even point (BEP), maka perusahaan bisa menentukan target minimal penjualan agar bisa mendapatkan laba/keuntungan yang diinginkan.