Banyak orang-orang menganggap bahwa mengelola stok barang merupakan hal yang mudah sehingga siapapun dapat melakukannya. Namun faktanya, itu adalah anggapan yang sangat keliru. Persediaan (stock) merupakan semua barang yang perusahaan miliki dan akan dijual-belikan atau dikonsumsi untuk keperluan operasional perusahaan. Ada 2 (dua) sistem pencatatan akuntansi persediaan yang umum digunakan yaitu sistem periodik (fisik) dan sistem perpetual. Kedua sistem ini digunakan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Bahkan untuk memproses pengelolaan stok barang, dibutuhkan sebuah software akuntansi agar dapat menghasilkan laporan yang tidak keliru.
Ketika pencatatan persediaan dilakukan, Anda harus mempertimbangkan metode penentuan biaya persediaan apa yang akan digunakan. Pada praktik di lapangan, banyak perusahaan menggunakan asumsi tentang mekanisme biaya persediaan masuk kedalam dan keluar gudang perusahaan. Metode asumsi aliran biaya persediaan ini harus sesuai dengan standarisasi dan juga Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).
Pada pembahasan kali ini kami akan membahas lengkap mengenai metode biaya (cost) persediaan serta perbedaannya untuk diketahui dan diterapkan dalam perusahaan retail Anda.
Baca Juga: Pengertian Manajemen Persediaan
1. Metode FIFO (First In First Out)
Metode First In First Out adalah barang yang pertama kali masuk ke gudang adalah yang akan keluar pertama kali. Metode FIFO ini menggunakan asumsi bahwa aliran biaya masuk persediaan harus dipertemukan dengan hasil penjualannya. Cara ini mengakibatkan, biaya item per unit persediaan yang masuk terakhir dipakai sebagai dasar penentuan biaya item yang masuk dalam persediaan di akhir periode (persediaan akhir).
Selain itu, metode FIFO adalah metode yang paling banyak digunakan oleh perusahaan dalam penilaian persediaan. Berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan yang bisa jadi pertimbangan perusahaan Anda.
Kelebihan Metode FIFO | Kekurangan Metode FIFO |
---|---|
Nilai persediaan disajikan secara relevan dilaporan posisi keuangan. | Pajak yang harus dibayarkan perusahaan menjadi lebih besar. |
Menghasilkan laba yang lebih besar. | Laba yang dihasilkan menjadi kurang akurat |
2. Metode LIFO (Last In First Out)
Metode Last In First Out adalah mengeluarkan atau menjual item yang terakhir masuk atau sederhananya, barang masuk terakhir keluar pertama. Metode LIFO menggunakan asumsi bahwa unit persediaan yang dibeli atau diterima pertama akan dikeluarkan terakhir.
Pengaplikasian metode biaya persediaan LIFO berdasarkan pada asumsi bahwa aliran keluar biaya persediaan merupakan kebalikan dari kronologi terjadinya biaya (reverse). Jadi, harga beli terakhir dibebankan ke operasi dalam periode faktor kenaikan harga (inflasi), sehingga akan kecil laba yang dihasilkan begitu juga dengan beban pajak terutang menjadi kecil pula. Tapi, berdasarkan PSAK 14 metode LIFO tidak boleh digunakan dengan alasan tertentu. Berikut ini kelebihan dan kekurangan metode LIFO (Last In First Out).
Kelebihan Metode LIFO | Kekurangan Metode LIFO |
---|---|
Mudah membandingkan cost saat ini dengan pendapatan sekarang. | Bertolak belakang dengan aliran fisik persediaan sesungguhnya. |
Apabila harga naik, maka harga barang jadi konservatif. | Biaya pembukuan menjadi mahal karena metode ini lebih rumit. |
Laba operasional tidak terpengaruh oleh untuk atau rugi dari fluktuasi harga. | Laba atau rugi yang dihasilkan lebih rendah. |
Menghemat pajak. |
Baca Juga: Fungsi dan Tujuan Manajemen Proyek
3. Metode Rata-Rata (Average)
Metode average atau metode rata-rata membagi antara biaya barang yang akan dijual dengan jumlah unit yang tersedia. Jadi, persediaan akhir dan beban pokok penjualan dapat dikalkulasi dengan harga rata-rata (average price). Cara ini dalah titik tengah dan perpaduan metode FIFO dan LIFO.
Saat ini dengan banyaknya software akuntansi yang dapat perusahaan manfaatkan akan memudahkan dalam pengelolaan persediaan. Ketiga metode diatas dapat diimplementasikan dan dicatat secara akurat dengan software tersebut. Sudah saatnya perusahaan retail Anda menggunakan teknologi lini bisnis